Merry Chrismayanti
Sunday, March 17, 2013
Wednesday, April 20, 2011
Peran Wanita Tidak Dapat Dianggap Remeh
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita pahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan (Kahlil Gibran, Sayap-sayap Patah).
Potongan tulisan Kahlil Gibran di atas menunjukkan, wanita merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai daya tarik memikat serta penuh dengan misteri bagi lawan jenisnya. Keindahan tubuh dan rohaninya merupakan bagian yang mampu menarik hati dan menggoda iman kaum lelaki. Dari hal itu dapat dikatakan bahwa tidak heran jika kaum lelaki akan rela mengorbankan apa saja agar mampu menikmati dan memiliki keindahan tubuh seorang wanita.
Namun apakah keberadaan wanita hanya diakui oleh hal – hal yang diberikan secara gratis oleh Tuhan ?. Tentu saja tidak. Memang pada kenyataannya, pada zaman dahulu wanita dianggap tidak sederajat dengan laki – laki. Hal ini dikarenakan wanita dianggap lemah, tidak seperti laki – laki yang dikatakan kuat, tegas, berwibawa dan selalu dikatakan dapat menjadi pemimpin yang baik.
Jika melihat kebelakang, memang sangat jarang ada kesempatan bagi para perempuan atau wanita untuk menjadi pemimpin. Hal ini dikarenakan masih kuatnya anggapan di masyarakat yang berpikir bahwa wanita adalah suatu sosok yang bekerja di rumah untuk menjaga dan memelihara anak – anak. Bahkan di zaman sekarang saja yang dapat dikatakan sudah sangat canggih teknologinya, masih saja ada kalangan yang meremehkan kemampuan wanita.
Sangat sulit untuk menyatakan wanita sama dengan laki-laki, baik dengan mengatas namakan potensi ilmiah maupun potensi lain yang dapat mengidentifikasi kelebihan dari salah satu keduanya. Adanya perbedaan dari dua jenis manusia itu harus diakui, suka ataupun tidak. Atas dasar perbedaan itulah, maka lahir perbedaan dalam tuntutan dan ketetapan hukum, masing-masing disesuaikan dengan kodrat, jati diri, fungsi serta peranan yang diharapkan darinya baik laki-laki maupun wanita.
Namun ada satu hal yang harus diingat mengenai wanita. wanita memiliki peran yang sangat penting walaupun tak terlihat keberadaannya secara langsung dalam memajukan bangsa ini. Kalaupun wanita mengerjakan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, bukan berarti mereka berada di posisi paling rendah. Justru sebaliknya posisi wanita merupakan posisi yang menentukan masa depan bangsa ini.
Bila diibarat kesebelasan, posisi penjaga gawang bukanlah posisi rendah. Namun justru posisi ini yang menentukan kemenangan tim kesebelasan. Jika wanita tidak melahirkan dan mengasuh anak, lalu siapa yang melahirkan para pejuang, para ulama, para insinyur, para ahli pengetahuan, bahkan, para pemimpin negara di dunia.
Peran wanita memang tidak terlalu jelas untuk dapat dilihat seperti peran laki – laki, namun peran yang tidak terlihat itu justru sangat penting dalam memajukan dunia ini. Dari sini seharusnya wanita mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah seharusnya memberikan peluang yang sama besarnya dengan laki – laki untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan. Namun masih saja ada pemerintah yang kolot sehingga hanya memberikan peluang yang sangat kecil bagi wanita untuk dapat berpartisipasi dalam pemerintahan.
Bahkan bukan hanya di pemerintahan, peluang yang diberikan kepada wanita untuk mendapat pekerjaan pun sangat kecil. Kebanyakkan tenaga kerja yang diperlukan berjenis kelamin laki – laki. Hal ini menutup peluang bagi wanita untuk membuktikan kemampuannya dalam bekerja. Dari sini muncul pertanyaan apakah hanya ini yang dapat wanita terima atas segala sesuatu yang telah mereka lakukan untuk bangsa ini ?.
Memang tak ada yang dapat disalahkan dalam hal ini. Pemahaman yang sudah salah dari zaman dulu lah yang membuat adanya kesalahpahaman dalam pengertian peran antara laki – laki dan wanita. Namun ada hal yang harus disyukuri oleh wanita pada zaman ini yaitu bahwa peran wanita di dunia ini mulai diakui oleh dunia. Yah walaupun hanya sedikit wanita saja yang merasakan ha tersebut, namun mungkin saja pada suatu saat nanti peran wanita untuk dunia ini akan menjadi sangat jelas seperti halnya peran laki – laki. Mungkin saja nanti ada pilot berjenis kelamin wanita, atau mungkin presiden dari setiap negara adalah wanita. Tak ada seorang pun yang tau akan masa depan yang penuh misteri, bukan ?.
Saturday, April 2, 2011
Artikel Bahasa indonesia Ke-2
Tema : “Terima Kasih Guruku”
Sebelum itu saya ingin mengenang jasa – jasa guru saya dalam sebuah nyanyian yang berjudul “ Terima Kasih Guruku”...
Terima kasihku . . ku ucapkan ...
Pada guruku yang luhur
Ilmu yang berguna ...
Selalu dilimpahkan
Tukku .. bekalku nanti..
Setiap hariku dibimbingnya...
Agar tumbuhlah bakatku...
Kan ku ingat selalu ..
Nasehat Guruku
Terima Kasih ku
Ku ucapkan ...
Terima Kasih Guruku, Ibuku ...
Jauh di Negeri Gingseng, Korea, hujan dan badai menemani rembulan pada malam hari di sebuah desa terpencil yang bernama desa Ge-oum. Jalan di desa tersebut tampak begitu sepi, tak terlihat satu orang pun warga desa yang keluar pada malam itu.
Terdengar suara petir yang menyambar – nyambar bagaikan sedang memarahi warga desa pada malam hari itu. Dari kilat yang datang menemani petir pada malam itu, terlihat ada sebuah rumah berlampu redup. Didalam rumah tersebut, terdengar suatu suara yang tak kalah kerasnya dengan suara petir yang datang pada malam itu. Suara tersebut ternyata berasal dari seorang ibu yang sedang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anaknya. Dari suara yang terdengar, dapat dikatakan bahwa ibu itu pasti sangat merasakan kesakitan.
Sangat malang nasib si ibu yang bernama Jo-Enja, tak ada satu orang pun dirumah untuk membantunya karena sang suami telah pergi meninggalkannya untuk wanita lain. Semakin lama suara sang ibu semakin besar sampai – sampai bisa terdengar oleh warga desa lainnya, namun tak ada satu pun warga desa yang berani keluar karena ada badai pada malam itu.
Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki nampaknya sedang terburu – buru. Suara langkah kaki itu ternyata berasal dari seorang wanita yang berlari – lari kecil untuk mendatangi rumah salah satu warga. Ternyata wanita itu ingin pergi ke rumah ibu Jo-Enja.
“Enja. . . Enja . . bertahanlah ! . .” kata wanita itu yang ternyata adalah teman dari ibu Jo-Enja.
Ternyata wanita itu adalah sahabat dari ibu Jo-Enja. Wanita itu bernama Jo-Eyah, dimana ia bekerja sebagai juru masak sekaligus tabib di Istana. Wanita itu ternyata sudah tahu bahwa sahabatnya, Jo Enja, akan melahirkan pada malam itu.
“Enja . . Enja . . Sadarlah !! . . Ayolah Enja . . Enja ini aku Jo-Eyah . . .kau dengar suaraku Enja ?? . .” Teriak wanita itu panik .
“Jo-Eyah . . kau datang ?? aku . . ak . . ku sudah tidak sangup Eyah !! . .”kata sang ibu pasrah.
“Tidak . . kau tidak boleh berkata begitu . . kau harus berjuang !! kau harus berjuang demi anakmu Jo-Enja !!! . . Dengar !! Tarik nafasmu dan hembuskan dengan pelan – pelan !! Ayo Jo-Enja !! Aku tahu kau bisa . .” Instruksi wanita itu kepada sang ibu .
Setelah beberapa lama, ibu Jo-Enja pun melahirkan anak perempuannya. Terdengar suara menangis sang bayi didesa itu seakan akan ikut meramaikan suasana badai pada malam hari itu. Sesaat setelah melahirkan anaknya, ibu Jo-Enja terlihat begitu lemah dan sulit untuk bernafas.
“Enja . . Enja . . ini anakmu . . anak perempuanmu . . kau sangat ingin melihatnya bukan ?. .” Tanya Jo-Eyah.
“Eyah . . terima kasih. . kau ada disampingku saat aku sangat membutuhkanmu . . aku sangat senang hari ini . . 2 orang yang sangat berarti bagiku , ada di saat akhir – akhir hidupku ini !! . .” Jawab ibu Jo-Enja.
“Enja !! apa yang sedang kau katakan ?? . . semua akan baik – baik saja ! ! . .” kata Jo-Eyah.
“Eyah . . aku ada suatu permintaan . . apakah kau mau mengabulkannya ?? . .” tanya ibu Jo-Enja dengan lesu dan tak bertenaga.
“Apa itu ??. .” tanya Jo-Eyah.
“Aku ingin kau menjaga anakku. . jagalah dia seperti anakmu sendiri. . dan aku mau kau menamai dia Jo-Jaeyah . . Aku mau dia menjadi sepertimu . .” kata ibu Jo-Enja sambil terbata – bata.
“Enja . . ingat kau akan baik – baik saja !! jadi jangan berkata seperti itu lagi !!” kata Jo- Eyah sambil menangis.
Namun apa mau dikata, terdengarnya suara bayi yang menangis dan diikuti oleh suara petir menjadi pertanda berakhirlah sudah hidup bu Jo- Enja. Suara menangis anak bu Jo-Enja seakan mengibaratkan kesedihan bayi itu saat ditinggalkan oleh ibu kandungnya untuk selama – lamanya. Tangis dan haru sangat terlihat pada malam hari itu, bahkan petir dan badai seakan – akan ikut bersedih atas meninggalnya ibu Jo-Enja.
Tahun berganti tahun , tak terasa sudah 15 tahun berlalu semenjak kematian ibu Jo-Enja. Jo-Eyah menepati janjinya pada sahabatnya, Jo-Enja , untuk menjaga anak perempuan sahabatnya itu dengan baik. Jo-Jaeyah tumbuh sebagai anak perempuan yang baik, cantik, dan juga cerdas.
Namun, Jo-Eyah tidak mengatakan pada Jo-Jaeyah bahwa ibu kandungnya telah meninggal. Ia mengatakan bahwa ibunya pergi ke negeri yang jauh tapi ia tidak pernah mengatakan pada Jo- Jaeyah alasan ibunya pergi jauh. Karena itu Jo-Jaeyah selalu mengganggap bahwa ia adalah anak yang terbuang karena ibunya saja tidak mau menemuinya. Jo-Eyah juga selalu mengatakan pada Jo-Jaeyah untuk memanggil ia “Guru”.
Jo-Jaeyah dilatih oleh Jo-Eyah untuk menjadi ahli masak sekaligus tabib seperti pribadi dari Jo-Eyah. Jo-Jaeyah dilatih setiap hari , selalu datang ke istana untuk bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan istana. Namun kelihatannya Jo-Jaeyah tidak tertarik pada kehidupan di istana. Ia selalu melakukan kesalahan saat belajar. Ia tidak dapat menghafalkan nama – nama makanan dan juga jenis – jenis obat. Hal ini membuat Jo-Eyah menjadi sangat tegas padanya.
“Guru, aku tidak bisa melakukan ini semua . . Aku tidak mau lagi melakukan semua ini . .” kata Jo-Jaeyah.
“Apa yang kau katakan ?? Setelah semua yang telah aku lakukan, kau hanya dapat membalas seperti ini saja ?? . .” Tanya Jo-Eyah.
“Guru . . aku tidd . . .”jawab Jo-Jaeyah belum selesai.
“Sudahlah pergi tidur karena besok pagi – pagi sekali kita harus pergi untuk mencari daun obat – obatan untuk membuat ramuan obat raja ! . .”kata Jo-Eyah.
Jo-Jaeyah pun pergi tidur, namun ternyata ada kebiasaan Jo-Jaeyah yang selalu ia lakukan setiap malam hari. Diam – diam ia berlatih tari dikamarnya. Tampaknya Jo-Jaeyah mempunyai hobi menari karena gerakan – gerakan tari yang ia lakukan sangat bagus dan juga cantik. Ia dapat mengatur langkah – langkah tari dan juga nafasnya dengan baik. Ia berlatih tari hampir setiap hari karena sebentar lagi akan diadakan festival tari di istana. Ia ingin sekali membuat bangga gurunya itu dengan usahanya sendiri. Setelah berlatih tari dikamarnya dengan sangat hati – hati supaya tidak diketahui oleh gurunya, ia pun tidur.
Keesokkan harinya , ibu Jo-Eyah dan Jo-Jaeyah pergi ke hutan mencari daun obat – obatan untuk membuat ramuan bagi raja. Mereka terus mencari dan terus mencari obat – obatan tersebut, sampai akhirnya mereka menemukan jamur yang berbentuk sangat aneh. Ibu Jo-Eyah baru pertama kali menemukan dan melihat jamur tersebut. Untuk meneliti jamur itu, maka ibu Jo-Eyah mengambil sampel untuk diteliti. Setelah mereka selai mengambil daun – daun yang diperlukan , mereka berdua pun segera kembali ke istana.
Sesampainya di istana Ibu Jo-Eyah segera bersiap – siap membuat ramuan obat bagi raja karena sebentar lagi adalah waktu untuk raja minum obat. Karena terburu – buru ibu Jo-Eyah menaruh jamur yang ia temukan itu ke dalam ramuan itu.
Setelah semua sudah selesai maka ia pun menyajikan ramuan itu bagi raja. Tak disangkah setelah raja meminum ramuan itu, raja segera muntah dan keluarlah busa dari mulut raja. Setiap orang menjadi panik, dan sesegera memanggil tabib pribadi raja untuk memeriksa raja. Ternyata tabib mengatakan bahwa raja keracunan. Setelah mendengar vonis tabib atas sakit yang diderita raja, sesegera pengawal istana memanggil juru masak bagi raja juga juru obat yang menyajikan semua makanan dan minuman bagi raja pada saat itu. Dan ternyata ibu Jo-Eyah termasuk dalam salah satu orang yang dipanggil oleh pengawal istana.
Setelah diperiksa Juru obat kerajaan dinyatakan oleh kepala pengawal dan akan dihukum mati sebagai hukumannya. Hal ini membuat ibu Jo-Eyah sangat kaget dan sedih sehingga ia tidak mau mengatakan pada Jo-Jaeyah mengenai hal ini. Akan tetapi, berita mengenai hal tersebut sungguh sangat cepat tersebar di lingkungan istana. Dan akhirnya Jo-Jaeyah pun tahu mengenai hal tersebut. Jo-Jaeyah sangat sedih mendengar hal tersebut karena ia mengingat hanya gurunya yang ia miliki di dunia ini dan gurunya pula yang telah membesarkan ia sampai ia tumbuh menjadi remaja yang cantik, menarik dan juga cerdas.
Setelah ia menangis semalaman, keesokkan harinya ia berencana untuk membuat ramuan untuk menetralisir racun yang diminum oleh raja. Walaupun tabib telah mengatakan bahwa raja tidak dapat disembuhkan lagi, tapi Jo-Jaeyah tidak putus asa. Bahkan ia rela tidak mengikuti festival tari yang telah ia persiapkan jauh hari sebelumnya untuk membuat ramuan penetralisir untuk raja.
“Aku harus membantu guru . . aku harus bisa menemukan penetralisir racun itu . .”kata Jo-Jaeyah.
Jo-Jaeyah terus membuka buku – buku obat yang ditulis oleh gurunya. Ia bahkan tidak pernah mengantuk saat membaca buku obat – obatan itu. Bahkan untuk pertama kalinya ia mengerti bacaan obat – obatan yang ditulis oleh gurunya.
Setelah seharian membaca dengan serius buku tersebut, Jo-Jaeyah segera pergi ke hutan untuk mengambil daun obat – obatan untuk meramu obat penetralisir bagi raja. Ia pergi ke suatu ruangan dimana merupakan tempat bagi Gurunya untuk meramu obat penetralisir bagi raja.
Setelah beberapa jam di ruangan tersebut, Jo-Jaeyah berhasil meracik ramuan penetralisir bagi raja. Ia pun pergi ke kediaman raja dan memberikan obat – obatan tersebut bagi raja. Sebelum diberikan pada raja, tabib istana memeriksa ramuan tersebut apakah ramuan itu baik diminum raja atau tidak. Setelah dilakukan pemeriksaan, tabib menyatakan bahwa ramuan tersebut baik untuk diminum oleh raja.
Setelah diminum oleh raja, ternyata kondisi kesehatan raja berangsur membaik. Hal ini membuat pihak kerajaan menjadi senang. Jo-Jaeyah tidak membuang kesempatan itu, dan meminta raja untuk membebaskan gurunya, Jo-Eyah. Permintaan Jo-Jaeyah pun dikabulkan oleh raja sebagai rasa terima kasih bagi raja.
Setelah mendapat perintah dari raja untuk membebaskan Jo-Eyah, para pengawal segera membebaskan raja. Jo- Jaeyah pun segera menemui Jo-Eyah . Mereka berdua saling melepaskan rindu satu sama lain.
Pada saat itu Jo-Eyah mengambil kesempatan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Jo-Jaeyah. Jo-Eyah mengatakan tentang ibu kandung dari Jo-Jaeyah yang sebenarnya. Ia mengatakan bahwa ibu kandung Jo-Jaeyah adalah teman baiknya sewaktu ia masih kecil.
Ibu dari Jo-Jaeyah sangat hebat dalam menari. Bahkan tariannya indah sekali. Karena tariannya itulah, ia hampir menjadi selir raja pada waktu itu. Namun ia memutuskan untuk segera keluar dari istana untuk menghindari pernikahan itu.
Jo-Eyah pun meminta maaf pada Jo-Jaeyah yang telah memaksanya untuk menjadi juru masak sekaligus tabib seperti dirinya. Ia mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut karena ia ingin melakukan pesan sahabatnya itu untuk menjadikan anak dari sahabatnya itu seperti dirinya.
Setelah mendengar cerita dari gurunya itu, Jo-Jaeyah merasa sangat terharu atas perhatian yang diberikan oleh sang guru kepadanya seperti anak kandung. Lalu Jo-Jaeyah meminta satu permintaan kepada gurunya. Jo-Eyah memohon supaya gurunya itu menganggap bahwa Jo-Jaeyah sebagai anaknya sendiri. Semenjak saat itu Jo-Jaeyah mengganggap gurunya, Jo-Eyah, sebagai ibunya. Dan semenjak itu pula Jo-Eyah tidak pernah lagi memaksa Jo-Jaeyah untuk belajar tentang obat – obatan ataupun resep – resep makanan. Namun justru sebaliknya Jo-Jaeyah semakin tertarik dengan ilmu – ilmu kedokteran dan juga pada masak – masakkan. Bahkan ia juga tidak meninggalkan bakat menarinya. Jo- Jaeyah tumbuh sebagai anak yang cerdas, menarik, dan canti. Jo-Jaeyah sangat berterima kasih pada gurunya itu. Ia selalu mengatakan “ Guruku, Ibuku, adalah Satu . . Terima kasih Semua . .”
Monday, March 21, 2011
Mole is your luck
Saat itu sedang terjadi badai dan diikuti oleh petir yang seakan-akan meramaikan suasana malam. Suasana kota pun mulai sepi dan tampak sampah-sampah bertebaran dimana-mana seakan-akan menghiasi kota yang gelap itu. Namun di balik kegelapan malam itu, tampak seorang ibu sedang berjalan sambil memegang keranjang, Ibu Nanny namanya. Di dalam kegelapan itu, ibu Nanny berteriak, “Kue..Kue..Kuenya Bu..Pak..”, teriaknya. Walaupun ia sudah berteriak sekeras mungkin, namun tak ada satu orang pun yang keluar untuk membeli kue yang dijualnya itu.
Badai pun sudah semakin mendahsyat dan petir pun tak mau ketinggalan untuk meriahkan suasana malam yang semakin lama semakin ramai itu. Oleh karena itu, ibu penjual kue itu memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, ibu Nanny melewati sebuah gang sempit dan sepi. Saat melewati gang tersebut, terdengar suara anak kecil sedang menangis. Suara tersebut datang dari dalam tempat sampah yang terlihat bungkam tapi merahasiakan sesuatu di dalamnya. Dengan segera ibu Nanny membuka tempat sampah itu dan didapatinya kejutan yang sangat besar. Ada 2 bayi didalam tempat sampah itu yang seakan-akan menjadi suatu kejutan bagi ibu Nanny.
Teriakan kedua bayi itu seakan-akan memandu badai dan petir untuk mengikuti suara mereka yang semakin keras. Karena tidak tega meninggalkan kedua bayi itu didalam kegelapan malam, maka ibu Nanny pun membawa kedua bayi itu pulang beserta dia.
Sesampainya dirumah, Ibu Nanny segera mengeringkan kedua bayi itu dan membajui mereka dengan bajunya yang besar. Dan entah mengapa ibu Nanny mulai menyukai kedua bayi itu dan memutuskan untuk merawat bayi-bayi itu.
“Aku akan merawat kedua bayi ini dan menganggap mereka sebagai anakku..Karena mereka berdua kembar, maka aku akan memberi nama mereka “Melon” dan “Delon”.. Yang tak mempunyai tahi lalat ini, aku akan memberi ia nama “Melon”...Sedangkan yang mempunyai tahi lalat ini, aku akan memberi ia nama “Delon”....”kata ibu Nanny.
Ibu Nanny pun merawat mereka seperti anaknya sendiri. Ibu Nanny memberi mereka makan, menyekolahkan mereka, dan apapun yang dapat ibu Nanny lakukan akan ia lakukan, untuk Melon dan Delon anaknya.
Suatu hari ibu Nanny minta tolong pada kedua anaknya itu untuk menjual kue buatannya itu di sekolah mereka. Mereka pun mau menolong ibunya itu.
“Ibu..Aku dan Delon berangkat dulu yah..!” kata Melon..
“Iya..ini untuk jajan di sekolah..! Dan jangan lupa belajar yang benar ya..” kata Ibu Nanny..
“Iya Bu.. kami berdua pergi dulu ya Bu..”Sahut Melon dan Delon..
“Iya..Hati-hati yah..”Sahut Ibu Nanny..
Sesampai di sekolah, Melon dan Delon mulai menawari kue yang mereka bawa kepada teman-teman mereka.
“Hai teman-teman kemarilah..! apakah kalian mau membeli kue yang lezat ini..? Ada rasa coklat, strawberry, blueberry, bahkan didalam roti ini ada choco cipsnya loh..! Jadi tambah lezat deh..! Harganya juga murah, hanya 1500 deh buat kalian..!” kata Melon menawari kue buatan ibunya itu..
“Boleh..boleh...Aku mau beli 2 yah, Melon...! Kalau aku mau beli 1saja tapi besok aku mau mesen 3..Jangan lupa yah Melon..!” teriak teman-teman melon.
Sementara itu, Delon mulai mendatangi teman-temannya.
“Teman-teman aku mau menawari kalian sesuatu..Ini..Aku sedang menjual kue..Ada rasa coklat, strawberry, blueberry, ditambah lagi ada choco cipsnya loe didalamnya..” kata Delon..
“Apa?? Choco Cips?? Gak salah tuh..? Kok kamu jual tahi lalatmu sendiri sih??..” celetuk salah seorang dari mereka..
“Iya yah...Masa kita disuruh makan tahi lalatmu sih? Yang bener aja dong..!” teriak teman yang lain..
“Eh teman-teman lagi ngapain..?..” tanya seorang teman sambil melihat apa yang mereka kerumuni..
“Oh.. kalian mau beli kue..! Daripada beli sama siDelon, lebih baik beli aja sama si Melon..! Liat tuh.. Melihat tahi lalatnya saja aku sudah mual, gimana kalau kita makan kuenya..Bisa muntah kali..Kita ke tempatnya siMelon aja yuk..!” Kata seorang teman yang baru datang itu..
“Tapi teman-teman, kue yang aku jual dengan kue yang dijual oleh Melon sama kok..!” sahut Delon..
“Iya sama..Tapi kan yang jual beda..”celetuk salah seorang dari mereka..
Ternyata waktu cepat berlalu. Bel pulang pun berbunyi. Terlihat kerumunan anak-anak berlari-lari dan mulai berdesak-desakkan di pintu pagar sekolah. Terlihat juga Melon dan Delon yang berjalan santai menuju pintu pagar sekolah.
“Delon..Kuemu habis tidak??..”Tanya Melon..
“Boro-boro habis, terjual satu saja tidak..”jawab Delon..
“Loh..?.. Memangnya temanmu tak ada yang mau beli??..”tanya Melon..
Mendengar pertanyaan dari Melon, Delon segera berlari meninggalkan Melon. Sesampainya dirumah Delon tak berkata apa-apa kepada ibunya.
“Delon..ada apa?? Apa kamu sedang ada masalah?..”tanya ibu Nanny..
“Maafkan aku bu..Kue yang ibu titipkan padaku tidak ada yang terjual..”jawab delon..
“Oh..gara-gara itu kamu menangis..Dengarkan ibu, Delon.. Ibu tidak akan marah padamu hanya karena hal yang sepeleh ini..”kata ibu Nanny..
“Bukan karena itu bu..Teman-teman meledekku karena tahi lalatku mirip seperti choco cips yang ada didalam kue yang ibu buat..”kata Delon..
“Oh..jadi itu yang membuat anak ibu menangis..! Untuk apa kamu bersedih..Apakah kamu tidak tahu bahwa choco cips itu manis..Itu artinya jika kamu mempunyai choco cips, berarti kamu manis..” kata ibu Nanny..
“Ohh..begitu yah bu..Berarti aku manis..Terima kasih ya bu..”kata Delon..
Semenjak saat itulah Delon tak pernah marah saat teman-temannya meledeknya hanya karena tahi lalat yang ia punya. Justru Delon membuat teman-temannya iri padanya, karena tidak mempunyai tahi lalat sepertinya dengan cara menceritakan apa yang ibunya katakan padanya tentang tahi lalat. Dan Delon pun berhasil membuat teman-temanya iri padanya, karena mulai saat itu muncul trend di sekolah bahwa siapapun yang mempunyai tahi lalat berarti orang tersebut manis, dan banyak disukai orang seperti choco cips..
Subscribe to:
Posts (Atom)